Prinsip-prinsip perkembangan
Pegertian perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun keduanya tidak berdiri sendiri. pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur rgandalam otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak anak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelumnya dan sesudahnya.
Pada bab ini akan diterangkan 6 prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991). Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, kesepuluh prinsip tersebut adalah :
a. Adanya perubahan.
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.
Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu ;
Perubahan ukuran
Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ dalam tubuh, perubahan mental. Perubahan mental meliputi : memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.
Perubahan proporsi
Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak.
Hilangnya ciri lama
Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya berganti dengan sikap prososial.
Mendapatkan ciri baru
Hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.
b. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.
Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat ini.
Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembanga anak
Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak
Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah
Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorng anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
c. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam fungsi filogentik yaitu mmerangkak, duduk kemudian berjalan. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Hubugan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.
d. Pola perkembangan dapat diramalkan
Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukuk yang kedua yaitu proxmodistal perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.
e. Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan.
Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya dibandingkan dengan yg memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat.
Perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak akan merespon ketekutan secara umum pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.
f. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak.
Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya.
Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.
g. Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial
Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.
Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orangtua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.
Thursday, March 1, 2007
materi kuliah 2 manusia perspektif islam
Manusia dalam Perspektif Psikologi
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Determinan tri dimensional ini (organo biologi, psikoedikasi, dan sosiokultural) merupakan determinan yang banyak dianut oleh ahli psikologi dan psikiatri. Dalam hal ini unsur ruhani sama sekali tidak masuk hitungan karena dianggap termasuk penghayatan subjektif semata-mata.
Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Pandangan ini mengangkat derajat manusia teramat tinggi ia seakan-akan memiliki kausa prima yang unik, pemilik akal budi yang sangat hebat, serta memiliki kebebasan penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan sesuai baginya.
Sampai dengan penghujung abad ini terdapat empat aliran besar psikologi, yakni : Psikoanalisis, psikologi Perilaku, Psikologi Humasnistik, Psikologi Transpersonal. Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang yang berlainan, dan dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.
Psikoanalisis
Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Teori yang dikembangkan pengalaman menangani pasien, freud menenmukan ragam dimensi dan prinsip-prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun teori psikologi yang sangat mendasar, majemuk, dan luas implikasinya dilingkungan ilmu sosial, humaniora, filsafat, dan agama.
Menurut freud kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id (dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Superego (kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi yang terbawa sejak lahir yang berorientasi pada kenikmatan (pleasure principle), menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi. Ego berusaha memenuhi keinginan dari id berdasarkan kenyataan yang ada (Reality principle). Sedangkan superego menuntut adanya kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang bersifat idealitas.
Dalam diri manusia ada 3 tingkatan kesadaran yaitu alam sadar, alam tidak sadar, dan alam prasadar. Alam kesadaran manusia digambarkan freud sebagai sebuah gunung es dimana puncaknya yang kecil muncul kepermukaan dianggap sebagai alam sadar manusia sedangkan yang tidak muncul ke permukaan merupakan alam ketidaksadaran yang luas dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dan diantara alam sadar dan alam ketidaksadaran terdapat alam prasadar. Dengan metode asosisi bebas, hipnotis, analisis mimpi, salah ucap, dan tes proyeksi hal-hal yang terdapat dalam alam prasadar dapat muncul ke alam sadar.
Psikologi Perilaku (behavior)
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.
Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan, psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of enforcement, yakni :
a. Classical Condtioning
Suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bel yang selalu dibunyikan mendahului pemberian makan seekor anjing lama kelamaan akan menimbulkan air liur pada anjing itu sekalipun tidak diberikan makanan. Hal ini terjadi karena adanya asosiasi antara kedua rangsang tersebut.
b. Law of Effect
Perilaku yang menimulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akiat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.
c. Operant Conditioning
Suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang dinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguat negatif). Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku tersebut mengakibatkan hal-hal yang tak menyenangkan (hukuman), atau mangakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).
d. Modelling
Munculnya perubahan perilaku terjadi karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi (model)
Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru.
Psikologi Humanistik
Berlainan dengan psikoanalisis yang memandang buruk manusia dan behavior yang memandang manusia netral, psikologi humanistik berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Asusmsi ini meunjukkan bahwa manusia makhluk yang sadar dan mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hampir segalanya.
Salah satu kelompok aliran ini adalah logoterapi yang dikembangkan oleh Viktor Frankl. Logoterapi mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 komponen dasar yaitu dimensi raga (somatis), dan dimensi kejiwaan (psikis) atau dimensi neotic atau sering disebut dengan dimensi keruhanian (spiritual). Menurut Frankl bahwa arti keruhanian ini tidak mengacu pada agama tetapi dimensi ini dianggap inti kemanusiaan dan merupakan sumber dari makna hidup, serta potensi dari berbagai kemampuan dan sifat luhur manusia yang luar biasa yang selama ini terabaikan oleh telaah psikologi sebelumnya. Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai satu kesatuan dari raga-jiwa-ruhani.
Manusia memiliki hasrat untuk mencari makna hidup, bila seseorang berhasil menemukan makna hidupnya maka hidupnya akan bahagia demikian sebaliknya bila tidak menemukannya maka hidupnya akan hampa. Dan menurut frankl kehilangan makna hidup ini banyak diaami oleh orang-orang yang hidup dalam dunia modern saat ini.
Psikologi Transpersonal
Aliran ini dikembangkan oleh tokoh dari psikologi hmanistik antara lain : Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart. Sehingga boleh dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran humanistik. Sebuah definisi yang dikemukakan oleh Shapiro yang merupakan gaubungan dari berbagai pendapat tentang psikologi transpersonal : psikologi transpersonal mengkaji tentang potensi tertinggi yang dimiliki manusia, dan melakukan penggalian, pemahaman, perwujudan dari kesatuan, spiritualitas, serta kesadaran transendensi.
Rumusan di atas menunjukkan dua unsur penting yang menjadi telaah psikologi transpersonal yaitu potensi-potensi yang luhur (potensi tertinggi) dan fenomena kesadaran manusia. The altered states of consciousness adalah pengalaman seorang melewati kesadaran biasa misalnya pengalaman memasuki dimensi kebatinan, keatuan mistik, komunikasi batiniah, pengalaman meditasi. Demikian pula dengan potensi luhur manusia menghasilkan telaah seperti extra sensory perception,transendensi diri, ectasy , dimensi di atas keadaran, pengalalman puncak, daya batin dll.
Psikologi transpersonal seperti halnya psikologi humanistik menaruh perhatian pada dimensi spiritual msnusia yang ternyata mengandung potensi dan kemampuan luar biasa yang sejauh ini terabaikan dari telaah psikologi kontemporer. Perbedaannya dengan psikologi humanistik adalah bila psikologi humanistik menggali potensi manusia untuk peningkatan hubungan antar manusia, sedangkan transpersonal lebih tertarik untuk meneliti pengalaman subjektif-ransendental, serta pengalaman luar biasa dari potensi spiritual ini.
Kajian transpersonal ini menunjukkan bahwa aliran ini mencoba mengkaji secara ilmiah terhadap dimensi yang selama ini dianggap sebagai bidang mistis, kebatinan, yang dialami oleh kaum agamawan (kyai, pastur, bikhu) atau orang yang mengolah dunia batinnya. Hasil dari beberapa penelitian tranpersonal menunjukkan bahwa bidang kebatinan bisa menjadi bidang ilmu dan dapat dikaji secara ilmiah sehingga hal tersebut penting untuk di kaji lebih dalam dan tidak dianggap sebagai suatu bid’ah, khurafat, ataupun syirik yang akhirnya membelenggu ilmuwan psikologi untuk mempelajari potensi yang tertinggi ini.
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Determinan tri dimensional ini (organo biologi, psikoedikasi, dan sosiokultural) merupakan determinan yang banyak dianut oleh ahli psikologi dan psikiatri. Dalam hal ini unsur ruhani sama sekali tidak masuk hitungan karena dianggap termasuk penghayatan subjektif semata-mata.
Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Pandangan ini mengangkat derajat manusia teramat tinggi ia seakan-akan memiliki kausa prima yang unik, pemilik akal budi yang sangat hebat, serta memiliki kebebasan penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan sesuai baginya.
Sampai dengan penghujung abad ini terdapat empat aliran besar psikologi, yakni : Psikoanalisis, psikologi Perilaku, Psikologi Humasnistik, Psikologi Transpersonal. Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang yang berlainan, dan dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.
Psikoanalisis
Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Teori yang dikembangkan pengalaman menangani pasien, freud menenmukan ragam dimensi dan prinsip-prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun teori psikologi yang sangat mendasar, majemuk, dan luas implikasinya dilingkungan ilmu sosial, humaniora, filsafat, dan agama.
Menurut freud kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id (dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Superego (kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi yang terbawa sejak lahir yang berorientasi pada kenikmatan (pleasure principle), menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi. Ego berusaha memenuhi keinginan dari id berdasarkan kenyataan yang ada (Reality principle). Sedangkan superego menuntut adanya kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang bersifat idealitas.
Dalam diri manusia ada 3 tingkatan kesadaran yaitu alam sadar, alam tidak sadar, dan alam prasadar. Alam kesadaran manusia digambarkan freud sebagai sebuah gunung es dimana puncaknya yang kecil muncul kepermukaan dianggap sebagai alam sadar manusia sedangkan yang tidak muncul ke permukaan merupakan alam ketidaksadaran yang luas dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dan diantara alam sadar dan alam ketidaksadaran terdapat alam prasadar. Dengan metode asosisi bebas, hipnotis, analisis mimpi, salah ucap, dan tes proyeksi hal-hal yang terdapat dalam alam prasadar dapat muncul ke alam sadar.
Psikologi Perilaku (behavior)
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.
Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan, psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of enforcement, yakni :
a. Classical Condtioning
Suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bel yang selalu dibunyikan mendahului pemberian makan seekor anjing lama kelamaan akan menimbulkan air liur pada anjing itu sekalipun tidak diberikan makanan. Hal ini terjadi karena adanya asosiasi antara kedua rangsang tersebut.
b. Law of Effect
Perilaku yang menimulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akiat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.
c. Operant Conditioning
Suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang dinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguat negatif). Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku tersebut mengakibatkan hal-hal yang tak menyenangkan (hukuman), atau mangakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).
d. Modelling
Munculnya perubahan perilaku terjadi karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi (model)
Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru.
Psikologi Humanistik
Berlainan dengan psikoanalisis yang memandang buruk manusia dan behavior yang memandang manusia netral, psikologi humanistik berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Asusmsi ini meunjukkan bahwa manusia makhluk yang sadar dan mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hampir segalanya.
Salah satu kelompok aliran ini adalah logoterapi yang dikembangkan oleh Viktor Frankl. Logoterapi mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 komponen dasar yaitu dimensi raga (somatis), dan dimensi kejiwaan (psikis) atau dimensi neotic atau sering disebut dengan dimensi keruhanian (spiritual). Menurut Frankl bahwa arti keruhanian ini tidak mengacu pada agama tetapi dimensi ini dianggap inti kemanusiaan dan merupakan sumber dari makna hidup, serta potensi dari berbagai kemampuan dan sifat luhur manusia yang luar biasa yang selama ini terabaikan oleh telaah psikologi sebelumnya. Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai satu kesatuan dari raga-jiwa-ruhani.
Manusia memiliki hasrat untuk mencari makna hidup, bila seseorang berhasil menemukan makna hidupnya maka hidupnya akan bahagia demikian sebaliknya bila tidak menemukannya maka hidupnya akan hampa. Dan menurut frankl kehilangan makna hidup ini banyak diaami oleh orang-orang yang hidup dalam dunia modern saat ini.
Psikologi Transpersonal
Aliran ini dikembangkan oleh tokoh dari psikologi hmanistik antara lain : Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart. Sehingga boleh dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran humanistik. Sebuah definisi yang dikemukakan oleh Shapiro yang merupakan gaubungan dari berbagai pendapat tentang psikologi transpersonal : psikologi transpersonal mengkaji tentang potensi tertinggi yang dimiliki manusia, dan melakukan penggalian, pemahaman, perwujudan dari kesatuan, spiritualitas, serta kesadaran transendensi.
Rumusan di atas menunjukkan dua unsur penting yang menjadi telaah psikologi transpersonal yaitu potensi-potensi yang luhur (potensi tertinggi) dan fenomena kesadaran manusia. The altered states of consciousness adalah pengalaman seorang melewati kesadaran biasa misalnya pengalaman memasuki dimensi kebatinan, keatuan mistik, komunikasi batiniah, pengalaman meditasi. Demikian pula dengan potensi luhur manusia menghasilkan telaah seperti extra sensory perception,transendensi diri, ectasy , dimensi di atas keadaran, pengalalman puncak, daya batin dll.
Psikologi transpersonal seperti halnya psikologi humanistik menaruh perhatian pada dimensi spiritual msnusia yang ternyata mengandung potensi dan kemampuan luar biasa yang sejauh ini terabaikan dari telaah psikologi kontemporer. Perbedaannya dengan psikologi humanistik adalah bila psikologi humanistik menggali potensi manusia untuk peningkatan hubungan antar manusia, sedangkan transpersonal lebih tertarik untuk meneliti pengalaman subjektif-ransendental, serta pengalaman luar biasa dari potensi spiritual ini.
Kajian transpersonal ini menunjukkan bahwa aliran ini mencoba mengkaji secara ilmiah terhadap dimensi yang selama ini dianggap sebagai bidang mistis, kebatinan, yang dialami oleh kaum agamawan (kyai, pastur, bikhu) atau orang yang mengolah dunia batinnya. Hasil dari beberapa penelitian tranpersonal menunjukkan bahwa bidang kebatinan bisa menjadi bidang ilmu dan dapat dikaji secara ilmiah sehingga hal tersebut penting untuk di kaji lebih dalam dan tidak dianggap sebagai suatu bid’ah, khurafat, ataupun syirik yang akhirnya membelenggu ilmuwan psikologi untuk mempelajari potensi yang tertinggi ini.
materi kuliah 1. Manusia perspektif islam
Manusia menurut Pandangan Filosof Yunani
Pandangan para filosof Yunani diambil karena pengaruh dari para filosof tersebut sangat mempengaruhi pendapat para filosof Islam dalam memandang manusia, terutama pendapat dari Aristoteles (An-Najar 2001). Secara global Aristoteles telah mengumpukan beberapa perndapat fillosof Yunani yang terrdahulu tentang jiwa, dengan menerangkan perbedaan antara makhluk hidup dan makhluk yang tidak hidup.
Socrates
Misalnya pendapat Socrates yang dilansir oleh Aristoteles mengatakan bahwa jiwa merupakan wujud ruhani yang lepas, dimana jika wujud ruhani itu diabaikan atau ditinggalkan niscaya akan menimbulkan kebodohan dan akan memproduksi pemikiran yang mandul dan rusak. Manusia dapat menghilangkan kebodohannya apabila berpikir tentang jiwa, mengenali jiwa, menurutnya pengenalan jiwa ini merupakan pengetahuan yang pertama kali harus dilakukan oleh manusia. Socrates juga meyakini kekekalan jiwa dan kefanaan atau kerusakan jasad. Untuk mempertahankan pedapatnya ini Socrates lebih mengutamakan dihukum gantung daripada mengubah pendapatnya.
Plato
Dari pendapat Socrates tentang jiwa ini kemudian disempurnakan oleh Plato. Plato berpendapat bahwa manusia pada dasarnya tidak akan mampu mengenal jiwanya kecuali ia dalam kondisi bebas dari dosa dan segala bentuk kejahatan, dimana perbuatan tersebut disebabkan oleh keterkaitan jiwa dangan jasad. Pato lebih lanjut berpendapat jiwa itu adalah substansi yang indenenden dari anggota tubuh dan hubungan diantara keduanya, yaitu antara jiwa dan jasad bagaikan hubungan antara nahkoda dengan perahu, dimana nahkoda berfungsi sebagai pengatur jalannya perahu, dan menjaganya di tengah-tengah hembusan gelombang.
Plato juga mengatakan bahwa jiwa itu berada diantara dua alam, yaitu alam tinggi (alam ide) dan alam bawah (alam rasa). Menurutnya kedua alam itu pada awalnya adalah menyatu dalam kesatuan, akan tetapi setelah alam ide tersebut jatuh ke tanah, mengakibatkan terpecahnya alam tersebut menjadi beberapa bagian. Sejak itu pula jiwa telah turun ke alam rendah yaitu alam perasaan. Dan di atas alam rendah tersebut jiwa manusia selalu berusaha untuk menyucikan dirinya. Sampai mampu kembali ke alam awalnya, yaitu alam tinggi (alam ide). Cara yang harus ditempuh untuk kembali ke alam ide dengan melepaskan diri dari keterikatan jasad dan mengenali jiwa tersebut.
Plato meyakini tentang kekekalan jiwa dengan bukti tentang adanya gerak dan kehidupan yang menjadi dasar dari tabiat dan jiwa seseorang. Gerak dan kehidupan merupakan substansi yang khusus bagi jiwa dan di saat gerak dan jiwa ini berada dalam jasad maka bermakna: bahwa jasad itu hidup dan pada saat itu jiwa menjadi sumber gerak jasad manusia. Sesungguhnya gerak dari jasad itu bukanlah gerak yang asli, karena fungsi jasad hanya sebagai signal dari gerak jiwa. Sebaliknya jika jiwa itu menginggalkan jasad maka berarti kerusakan jasad terjadi dan sekaligus merupakan perpisahan dengan jasad, dan jiwa menjadi kembali ke alam ide.
Aristoteles
Aristoteles memberikan definisi jiwa sebagai berikut: jiwa merupakan kesempurnaan awal terhadap jasmani alami menuju suatu kehidupan yang memiliki kekuatan. Definisi didasarkan atas teorinya tentang alam, dimana Aristoteles membedakan antara materi sesuatu dengan bentuknya, serta berdasarkan persepsinya tentang alam dan geraknya. Aristoteles menyebutkan bahwa kata psyche yang sering diterjemahkan dengan jiwa pada dasarnya memiliki makna yang sangat luas. Tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa, hewan demikian juga sebab benda-benda tersebut merupakan benda hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak memiliki kekuatan kecuali kekuatan untuk makan dan keturunan. Binatang disamping memiliki kekuatan di atas juga memiliki kekuatan pengenalan, syahwat dan gerak. Sedangkan manusia disamping memiliki kekuatan di atas juga memiliki kekuatan untuk berpikir.
Manusia yang telah mati tidak memiliki jiwa, bukan merupakan manusia dalam arti yang sempurna, maka dari itu yang dinamakan manusia adalah yang memiliki jiwa sebagai makhluk hidup. Adapun hubungan antara jasmani dengan jiwa merupakan hubungan antara benda dengan bentuk, atau hubungan antara prime matter dengan form. Jiwa adalah bentuk dari badan, sebagaimana penglihatan bentuk dari mata. Apabila penglihatan putus dari mata, maka mata tidak disebut dengan mata yang berfungsi untuk melihat, kecuali hanya sebuah nama saja. Atau bukan mata yang hakiki seperti mata pada sebuah patung.
Jiwa sebagai kekuatan hidup tidak mungkin terdapat di dalam badan apapun dan tidak terdapat di dalam setiap badan. Karena sebuah form atau bentuk menghendaki adanya sebuah benda yang sesuai dengan form tersebut. Badan tidak akan mampu untuk mendapatkan kehidupan, kecuali badan yang memiliki anggota yang cocok. Dan badan seperti ini harus memiliki kekuatan, baik itu yang terdapat pada hewan ataupun tumbuhan hidup. Sedangkan jiwa terkait dengan perbuatan badan.
Pandangan para filosof Yunani diambil karena pengaruh dari para filosof tersebut sangat mempengaruhi pendapat para filosof Islam dalam memandang manusia, terutama pendapat dari Aristoteles (An-Najar 2001). Secara global Aristoteles telah mengumpukan beberapa perndapat fillosof Yunani yang terrdahulu tentang jiwa, dengan menerangkan perbedaan antara makhluk hidup dan makhluk yang tidak hidup.
Socrates
Misalnya pendapat Socrates yang dilansir oleh Aristoteles mengatakan bahwa jiwa merupakan wujud ruhani yang lepas, dimana jika wujud ruhani itu diabaikan atau ditinggalkan niscaya akan menimbulkan kebodohan dan akan memproduksi pemikiran yang mandul dan rusak. Manusia dapat menghilangkan kebodohannya apabila berpikir tentang jiwa, mengenali jiwa, menurutnya pengenalan jiwa ini merupakan pengetahuan yang pertama kali harus dilakukan oleh manusia. Socrates juga meyakini kekekalan jiwa dan kefanaan atau kerusakan jasad. Untuk mempertahankan pedapatnya ini Socrates lebih mengutamakan dihukum gantung daripada mengubah pendapatnya.
Plato
Dari pendapat Socrates tentang jiwa ini kemudian disempurnakan oleh Plato. Plato berpendapat bahwa manusia pada dasarnya tidak akan mampu mengenal jiwanya kecuali ia dalam kondisi bebas dari dosa dan segala bentuk kejahatan, dimana perbuatan tersebut disebabkan oleh keterkaitan jiwa dangan jasad. Pato lebih lanjut berpendapat jiwa itu adalah substansi yang indenenden dari anggota tubuh dan hubungan diantara keduanya, yaitu antara jiwa dan jasad bagaikan hubungan antara nahkoda dengan perahu, dimana nahkoda berfungsi sebagai pengatur jalannya perahu, dan menjaganya di tengah-tengah hembusan gelombang.
Plato juga mengatakan bahwa jiwa itu berada diantara dua alam, yaitu alam tinggi (alam ide) dan alam bawah (alam rasa). Menurutnya kedua alam itu pada awalnya adalah menyatu dalam kesatuan, akan tetapi setelah alam ide tersebut jatuh ke tanah, mengakibatkan terpecahnya alam tersebut menjadi beberapa bagian. Sejak itu pula jiwa telah turun ke alam rendah yaitu alam perasaan. Dan di atas alam rendah tersebut jiwa manusia selalu berusaha untuk menyucikan dirinya. Sampai mampu kembali ke alam awalnya, yaitu alam tinggi (alam ide). Cara yang harus ditempuh untuk kembali ke alam ide dengan melepaskan diri dari keterikatan jasad dan mengenali jiwa tersebut.
Plato meyakini tentang kekekalan jiwa dengan bukti tentang adanya gerak dan kehidupan yang menjadi dasar dari tabiat dan jiwa seseorang. Gerak dan kehidupan merupakan substansi yang khusus bagi jiwa dan di saat gerak dan jiwa ini berada dalam jasad maka bermakna: bahwa jasad itu hidup dan pada saat itu jiwa menjadi sumber gerak jasad manusia. Sesungguhnya gerak dari jasad itu bukanlah gerak yang asli, karena fungsi jasad hanya sebagai signal dari gerak jiwa. Sebaliknya jika jiwa itu menginggalkan jasad maka berarti kerusakan jasad terjadi dan sekaligus merupakan perpisahan dengan jasad, dan jiwa menjadi kembali ke alam ide.
Aristoteles
Aristoteles memberikan definisi jiwa sebagai berikut: jiwa merupakan kesempurnaan awal terhadap jasmani alami menuju suatu kehidupan yang memiliki kekuatan. Definisi didasarkan atas teorinya tentang alam, dimana Aristoteles membedakan antara materi sesuatu dengan bentuknya, serta berdasarkan persepsinya tentang alam dan geraknya. Aristoteles menyebutkan bahwa kata psyche yang sering diterjemahkan dengan jiwa pada dasarnya memiliki makna yang sangat luas. Tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa, hewan demikian juga sebab benda-benda tersebut merupakan benda hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak memiliki kekuatan kecuali kekuatan untuk makan dan keturunan. Binatang disamping memiliki kekuatan di atas juga memiliki kekuatan pengenalan, syahwat dan gerak. Sedangkan manusia disamping memiliki kekuatan di atas juga memiliki kekuatan untuk berpikir.
Manusia yang telah mati tidak memiliki jiwa, bukan merupakan manusia dalam arti yang sempurna, maka dari itu yang dinamakan manusia adalah yang memiliki jiwa sebagai makhluk hidup. Adapun hubungan antara jasmani dengan jiwa merupakan hubungan antara benda dengan bentuk, atau hubungan antara prime matter dengan form. Jiwa adalah bentuk dari badan, sebagaimana penglihatan bentuk dari mata. Apabila penglihatan putus dari mata, maka mata tidak disebut dengan mata yang berfungsi untuk melihat, kecuali hanya sebuah nama saja. Atau bukan mata yang hakiki seperti mata pada sebuah patung.
Jiwa sebagai kekuatan hidup tidak mungkin terdapat di dalam badan apapun dan tidak terdapat di dalam setiap badan. Karena sebuah form atau bentuk menghendaki adanya sebuah benda yang sesuai dengan form tersebut. Badan tidak akan mampu untuk mendapatkan kehidupan, kecuali badan yang memiliki anggota yang cocok. Dan badan seperti ini harus memiliki kekuatan, baik itu yang terdapat pada hewan ataupun tumbuhan hidup. Sedangkan jiwa terkait dengan perbuatan badan.
Subscribe to:
Posts (Atom)