PENGARUH PELATIHAN KEPERCAYAAN DIRI MENGGUNAKAN METODE HIPNOSIS TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS X MENGHADAPI UJIAN SEMESTER
Peneliti Bayu W dan Setiyo Purwanto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh seseorang. Banyak masalah yang timbul karena seseorang tidak memiliki kepercayaan diri, misalnya saja siswa yang menyontek saat ujian merupakan salah satu contoh bahwa siswa tersebut tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri, ia lebih menggantungkan kepercayaannya pada pihak lain. Hal ini menggambarkan ketidaksiapan terutama para diri siswa dalam menghadapi ujian. Selain itu rendahnya rasa percaya diri yang dimiliki siswa, mendorong siswa untuk melakukan kecurangan dalam mengerjakan soal-soal ujian. Hal ini dilakukan karena adanya perasaan-perasaan tertekan dan cemas yang dialami oleh siswa karena takut gagal dan tidak lulus dalam ujian nasional yang memiliki standar penilaian yang sangat ketat.
1
Anthony (1992) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
Menurut Centi (1995) kepercayaan diri dipengaruhi oleh konsep diri. Semakin tinggi konsep dirinya maka kepercayaan dirinya tinggi, sedangkan bila konsep diri seseorang rendah maka kepercayaan dirinya rendah juga.. Sari (2008) meneliti mengenai hubungan kepercayaan diri dengan perilaku mencontek pada siswa SMK, dari hasil analisis menggunakan product moment menunjukkan besarnya koefisien korelasi sebesar r = -0,315 dengan p = 0,001 (p<0,05).>
Seorang siswa yang memiliki kepercayaan diri akan berusaha keras dalam melakukan kegiatan belajar. Seseorang memiliki kepercayaan tinggi memiliki rasa optimis dalam mencapai sesuatu sesuai dengan diharapankan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kurang memiliki kepercayaan diri menilai bahwa dirinya kurang memiliki kemampuan. Penilaian negatif mengenai kemampuannya tersebut dapat menghambat usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Pandangan dan penilaian negatif tersebut menyebabkan siswa tidak melakukan sesuatu kegiatan dengan segala kemampuan yang dimiliki. Padahal mungkin sebenarnya kemampuan tersebut dimilikinya.
Menurut Handoko (2002) berapa sering terjadi bahwa kapasitas dari bakat menonjol hilang akibat kurangnya kepercayaan diri. Seseorang dengan kapasitas sama namun ketetapan hati yang tidak terkalahkan dan memiliki kepercayaan diri dapat menjadi berlipat lebih berhasil dari pada orang dengan kemampuan menonjol namun memiliki kehendak lemah dan kurang percaya diri. Jika seseorang menemukan kelemahan dan kekurangannya namun tidak memberi perhatian atau mengganggapnya dapat diabaikan itu berarti individu itu menganggap sebuah bagian penting dari dirinya.
Rendahnya rasa percaya diri dapat menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional yang bersifat sementara. Tetapi dapat menimbulkan banyak masalah. Rendahnya rasa percaya diri bisa menyebabkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, delinkuensi, dan masalah penyesuaian diri lainnya. Ketika tingkat percaya diri yang rendah berhubungan dengan proses belajar seperti prestasi rendah, atau kehidupan keluarga yang sulit, atau dengan kejadian-kejadian yang membuat tertekan, masalah yang muncul dapat menjadi lebih meningkat (Santrock, 2003).
Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri sehingga rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. (Santrock, 2003). Menurut Hakim (2002) kepercayaan diri secara sederhana bisa dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. Ellias (2002) menyatakan kepercayaan diri mendorong seseorang untuk mencoba bidang-bidang identitas baru, mengambil resiko positif, memajukan diri sendiri, dan mengembangkan kecakapan.
Hattie (dalam Thalib, 2002) menjelaskan bahwa rasa percaya diri dapat membuat seseorang mempunyai pandangan diri positif serta kontrol diri yang baik. Dampak dari seseorang yang mempunyai kepercayaan diri, seperti yang dikatakan Lauster (1978) dan Waterman (1988) adalah bahwa seseorang yang mempunyai kepercayaan diri akan cenderung bersifat optimis..
Penelitian yang dilakukan oleh Riadani (2004) dengan judul hubungan antara kepercayaan diri dengan kecenderungan neurotis pada remaja, yang memperoleh hasil nilai koefisien (r) = -0,410 dengan p <>
Peneletian yang dilakukan Sukarti (2007) dengan judul hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan menghadapi ujian nasional pada siswa kelas III SMU. Hasil olah data menggunakan korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = -0.608 dengan p = 0.000 (p<0.01),> ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan menghadapi ujian nasional. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah kecemasan menghadapi ujian nasional. Sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri semakin tinggi kecemasan menghadapi ujian nasional.
Dari hasil interview yang kami lakukan terhadap siswa SMA N I Karanganyar kelas, diperoleh data bahwasanya mereka merasa kurang yakin terhadap kemampuan dirinya menghadapi ujian semester karena ujian semester kali ini karena menggunakan kurikulum sekolah bertaraf internasional (SBI) untuk pertama kalinya. Selain itu mereka cemas jika penjaga ujian terlalu tegas sehingga mereka tidak bisa mencontek apabila kesulitan mengerjakan soal. Mereka juga merasa kurang percaya diri karena naiknya nilai minimal ujian mulai dari 6,5 menjadi 7.
Melambungkan rasa percaya diri merupakan salah satu fasilitator untuk mengevaluasi diri bagi jiwa seseorang. Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri (Lie, 2003).
Cara untuk meningkatkan kepercayaan diri ini salah satunya adalah dengan melakukan pelatihan, yaitu suatu usaha untuk mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan tugas tertentu. Adapun tujuan dari pelatihan menurut Trulove (1995) adalah untuk meningkatkan kinerja secara langsung.
Pelatihan merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada konsep belajar dari pengalaman (experiental learning). Menurut Wills (dalam Retno, 2007) pelatihan adalah pemindahan pengetahuan dan keterampilan yang terukur dan yang telah ditentukan sebelumnya, oleh karena itu pelatihan harus memiliki tujuan dan metode yang jelas untuk menguji apakah pengetahuan dan keterampilan yang diberikan sudah dapat dikuasai.
Hipnosis adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengarahkan klien / subjek ke dalam kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakukan kepada orang, dimana mereka akan memberikan respon pada pertanyaan yang diajukan dan dapat sangat terbuka dan reseptif terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotist dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi hipnotic / trans (Gunawan, W. Adi, 2007).
Gil Boyne mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan pikiran normal yang dicirikan dengan relaksasi yang dalam, keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan kepercayaannya, pengaturan diri dan normalisasi sistem saraf pusat, sensivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimuli eksternal dan mekanisme pertahanan psikis yang lemah. Kahija (2007), mendefiniskan hipnosis adalah sebagai keadaan terfokusnya perhatian pada objek fisik atau gambaran mental tertentu yang ditandai dengan meningkatnya sugestibiltas sebagai efek sikap kooperatif dengan orang lain.
Menurut teori behaviorisme pengondisian klasik dari Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936) dan pengondisian operan dari Burrhus Frederick Skinner (1904 – 1990) membantu dalam proses induksi (proses mengantar klien sampai pada tidur hipnotik) dan sugesti posthipnotik (sugesti yang diberikan selama trans). Berdasarkan penelitian Ivan P Pavlov menjelaskan sugesti, otosugesti, dan daya sugesti (suggestibility) dalam hipnosis. Setiap kata yang disugestikan adalah stimulus. Dengan memberikan stimulus itu berulang kali, maka refleks terkondisikan akan muncul. Sedangkan Skinner menyatakan bahwa memberi penguatan yang baik akan menimbulkan respon positif yang nantinya akan bermanfaat dalam mengubah perilaku, misalnya contoh verbal yang biasa digunakan dalam hipnosis adalah ucapan “bagus” ketika klien mengikuti sugesti (dalam Kahija, 2007).
Dalam proses hipnosis terdapat proses dimana subek diberikan sugesti tertentu sesua dengan tujuan yang ingin dicapai. Sugesti adalah Suatu rangkaian kata-kata, atau kalimat, yang disampaikan dengan cara tertentu, dan dalam situasi tertentu, sehingga dapat memberikan pengaruh bagi mereka yang mendengarnya, sesuai dengan maksud & tujuan sugesti tersebut (Nurindra, 2008). Sugesti berfungsi untuk memperbaiki pikiran subyek tentang konsep diri, citra diri dan harga diri sehingga subyek mempunyai kepercayaan diri yang baik (Gunawan & Ariesandi, 2007)
Hipnosis bekerja di pikiran bawah sadar klien / subjek karena pada pikiran bawah sadarlah kekuatan terbesar manusia tersimpan. Pikran bawah sadar manusia mempunyai fungsi 88% lebih banyak dari pada pikiran sadar yang berfungsi hanya 12%. Pikiran sadar manusia mempunyai fungsi mengidentifikasi informasi yang masuk, membandingkan, menganalisa, dan memutuskan. Pikiran bawah sadar manusia mempunyai fungsi atau menyimpan tentang kebiasaan (baik, buruk, dan refleks), emosi, memori jangka panjang, kepribadian, intuisi, kreatifitas, persepsi, belief dan value (Gunawan & Setyono, 2007)
Kahija (2007) menyatakan bahwa hipnosis mempunyai beberapa manfaat yaitu menangani histeria, analgesia, stres, fobia, gangguan kecemasan, perilaku merokok, kepercayaan diri, gangguan makan, gangguan tidur dan menyembuhkan pengguna psikoaktif. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh Elliot (2009), yang menyatakan bahwa hipnosis dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan kepercayaan diri. Sharon M. Valente, RN, CS, PhD, FAAN (2003), bahwa hipnosis dapat memperbaiki self-esteem, kecemasan dan meningkatkan kepercayaan diri.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah “Apakah ada Pengaruh Pelatihan Kepercayaan Diri Menggunakan Metode Hipnosis Terhadap Kepercayaan Diri Siswa kelas X dalam Menghadapi Ujian Semester?”. Dengan rumusan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pelatihan Kepercayaan Diri Menggunakan Metode Hipnosis Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas X dalam Menghadapi Ujian Semester”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada pengaruh pelatihan kepercayaan diri menggunakan metode hipnosis terhadap kepercayaan diri siswa kelas X dalam menghadapi ujian semester.
C. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, bagi ilmu psikologi pada umumnya dan ilmu psikologi pendidikan pada khususnya, dengan memberi masukan mengenai pengaruh pelatihan kepercayaan diri menggunakan metode hipnosis terhadap kepercayaan diri menghadapi ujian skripsi.
2. Secara Praktis
- Bagi pendidik dan siswa, penelitian ini bisa di manfaatkan sebagai acuan untuk meningkatkan kepercayaan diri menghadapi ujian semester.
- Bagi masyarakat umum diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang usaha-usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya terhadap kepercayaan diri dengan menggunakan metode hipnosis.
- Bagi peneliti selanjutnya atau pihak-pihak lainnya yang berkompeten dan berminat pada masalah yang relatif sama dengan kajian ini, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan kontribusi sehingga bisa melakukan penelitian serupa dengan variabel lain yang mempengaruhi.
No comments:
Post a Comment